Rasa Cinta, Takut dan Berharap kepada Allah Taala
Kewajiban Menggabungkan Al-Mahabbah, Al-Khauf dan Ar-Raja’
Termasuk di antara pokok akidah Islam yang paling agung adalah al-khauf (rasa takut) dan ar-raja’ (rasa penuh harap). Seorang mukmin, dia takut (khauf) terhadap ancaman, azab dan hukuman dari Allah ta’ala. Namun di sisi lain, dia juga mengharapkan (raja’) kemurahan rahmat, kasih sayang dan ampunan Allah ta’ala. Dua hal ini haruslah digabungkan secara seimbang dan tidak boleh hanya menonjolkan salah satunya. Hal ini sebagaimana firman Allah ta’ala ketika menceritakan para nabi-Nya,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’ [21]: 90)
Yang dimaksud dengan رغبا adalah rasa penuh harap (ar-raja’).
Sedangkan yang dimaksud dengan رهبا adalah rasa takut (al-khauf).
Allah ta’ala juga berfirman,
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’ [17]: 57)
Allah ta’ala berfirman,
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
“(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” (QS. Az-Zumar [39]: 9)
Kedua hal ini (al-khauf dan ar-raja’) haruslah disertai dengan rasa cinta kepada Allah ta’ala (al-mahabbah). Oleh karena itu, seorang mukmin harus menggabungkan tiga hal ini: mencintai Allah ta’ala, takut terhadap azab dan siksaan Allah ta’ala dan mengharapkan kasih sayang, rahmat, pahala dan ampunan Allah ta’ala.
Pemahaman dan Akidah yang Menyimpang
Seseorang tidak boleh beribadah kepada Allah ta’ala hanya semata-mata karena rasa cinta, karena ini adalah ibadah kaum sufi. Mereka tidak beribadah kepada Allah ta’ala karena rasa takut dan berharap pahala. Mereka berkata, “Aku tidaklah beribadah kepada Allah ta’ala karena mengharapkan surga, bukan pula karena takut neraka. Akan tetapi, aku beribadah karena semata-mata mencintai Allah.”
Ini adalah keyakinan yang tidak benar.
Bagaimana mungkin sikap semacam ini kita benarkan, sedangkan manusia yang paling bertakwa kepada Allah ta’ala, yaitu Rasulullah shallallahualaihiwasallam berdoa,
اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Allah Tuhan kami, karuniakanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari siksa neraka.” (HR. Bukhari no. 4522)
Adapun orang-orang yang beribadah kepada Allah ta’ala hanya karena rasa takut, mereka adalah orang-orang khawarij. Orang-orang khawarij hanya menonjolkan sisi al-khauf saja. Oleh karena itu, mereka memvonis kafir orang-orang yang berbuat dosa atau maksiat, meskipun perbuatan tersebut tidak termasuk dalam perbuatan kekafiran atau kemusyrikan (syirik akbar). Padahal, orang-orang yang berbuat dosa dan belum bertaubat sebelum meninggal dunia, ada kemungkinan diampuni oleh Allah ta’ala, selama dosa tersebut masih berada di bawah level kekafiran.
Adapun orang-orang yang beribadah kepada Allah ta’ala hanya karena rasa harap (ar-raja’) saja, mereka adalah kaum murji’ah. Mereka meremehkan dan menghilangkan rasa takut kepada Allah ta’ala. Oleh karena itu, orang-orang murji’ah menganggap sama saja antara orang-orang mukmin dengan pelaku dosa besar. Bagi mereka, dosa besar tidaklah membahayakan atau mengurangi keimanan mereka, karena hanya menonjolkan rasa harap akan ampunan dari Allah ta’ala dan tidak memiliki rasa takut terhadap siksa dan ancaman-Nya.
Ibadah Ahli Tauhid
Adapun ahli tauhid yang berpegang teguh dengan akidah ahlus sunnah, mereka menggabungkan ketiga hal ini: al-mahabbah, al-khauf dan ar-raja’.
Namun, rasa takut (al-khauf) tidak boleh menyebabkan seseorang berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah ta’ala. Selama dia bertaubat dengan benar dari dosa-dosanya, maka dia yakin bahwa Allah ta’ala akan mengampuni dosa-dosanya.
Hal ini karena berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah ta’ala termasuk dalam perbuatan kekafiran. Allah ta’ala berfirman,
إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf [12]: 87)
Ibrahim ‘alaihissalam berkata,
وَمَنْ يَقْنَطُ مِنْ رَحْمَةِ رَبِّهِ إِلَّا الضَّالُّونَ
“Tidak ada yang orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Hijr [15]: 56)
Demikian pula, seseorang yang berharap kepada Allah ta’ala, tidak boleh disertai dengan merasa aman dari makar Allah ta’ala dan menghilangkan rasa takut. Allah ta’ala berfirman,
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf [7]: 99)
Oleh karena itu, para ulama berkata, ”Merupakan kewajiban bagi seorang hamba untuk berada di antara al-khauf dan ar-raja’. Mereka menyeimbangkan keduanya, bagaikan sayap seekor burung. Sayap seekor burung itu seimbang (antara kanan dan kiri, pen.), jika hilang salah satunya, dia akan jatuh. Demikian pula keadaan orang-orang yang beriman yang berada di antara al-khauf dan ar-raja’, sebagaimana sepasang sayap seekor burung.” Wallahu a’lam.
***
Diselesaikan di sore hari, Rotterdam NL 28 Sya’ban 1438/24 Mei 2017
Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,
Penulis: Muhammad Saifudin Hakim
Artikel: Muslim.or.id
Catatan kaki:
Disarikan dari kitab At-Ta’liqat Al-Mukhtasharah ‘ala Matni Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyyah hal. 141-143, karya Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan hafidzahullahu Ta’ala.
Artikel asli: https://muslim.or.id/31091-rasa-cinta-takut-dan-berharap-kepada-allah-taala.html